Sunday, December 5, 2010

LANDAK SUMBANG KORBAN LAKA LANTAS TERBANYAK

        
Selasa, 14 September 2010 , 14:36:00
Landak Sumbang Korban Laka Lantas Terbanyak

Petugas kepolisian dibantu warga mengemas mayat korban kemalangan jalan raya. (FOTO : Kundori/Equator)
PONTIANAK. Tingkat kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) arus mudik dan lebaran tahun ini terbilang tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Hingga kemarin, sedikitnya terdapat  21 warga tewas akibat kecelakaan.

“Total korban meninggal sejak tanggal 3 hingga 13 September ini mencapai 21 orang,” ujar Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Drs Sukrawadi Dahlan melalui Direktur Lalu Lintas Polda Kalbar, Kombes Pol Drs Unggul Sedyantoro MSi kepada Equator, tadi malam.

Jumlah 21 korban meninggal itu berasal dari 31 kasus kecelakaan yang terjadi di wilayah hukum Polda Kalbar. Kecelakaan terbanyak terjadi di wilayah hukum Polres Bengkayang. “Tapi untuk korban meninggal, terbanyak terjadi di Kabupaten Landak, termasuk kecelakaan mobil yang menewaskan 6 orang, hari ini,” tutur Unggul.

Selain korban tewas, kecelakaan tersebut juga mengakibatkan korban luka berat dan luka ringan. “Jumlah korban luka berat mencapai 32 orang. Sementara jumlah korban luka ringan mencapai 18 orang,” katanya.

Kasus kecelakaan lalu lintas masih didominasi pengendara sepeda motor. “Jumlah kecelakaan yang melibatkan sepeda motor mencapai 25 kasus. Hanya enam kasus kecelakaan yang mengakibatkan mobil,” jelasnya.

Kasus kecelakaan terbanyak terjadi tanggal 8 dan 9 September 2010. Kondisi ini diduga ada kaitannya dengan meningkatnya arus mudik masyarakat menjelang lebaran.

Berdasarkan data Polda Kalbar, tanggal 8 September atau dua hari menjelang Idulfitri, terjadi enam kasus kecelakaan. Sementara tanggal 9 September atau satu hari menjelang lebaran, terjadi 7 kasus kecelakaan lalu lintas.

Untuk membendung laju pertambahan angka kecelakaan ini, pihak Ditlantas Polda Kalbar masih akan terus melakukan pengawalan terhadap arus balik lebaran selama beberapa hari ke depan. “Pengawalan arus balik ini kemungkinan baru akan berakhir tanggal 18 September mendatang,” pungkas Unggul. (bdu)


Kemalangan Jalan Raya di Hari Raya

(3 s/d 13 September 2010)
Jumlah Kemalangan   
31

Korban Meninggal    
21

Luka Berat   
32

Luka Ringan   
18

KEBERSIHAN KOTA PONTIANAK

ti di 04.44

Masyarakat Kota Pontianak patut bangga dengan adanya pengolahan sampah yang terletak di TPA Batulayang. Sampah bisa diubah jadi rupiah dan kota pertama di Indonesia yang menerapkan Protokol Kyoto yang fokus mereduksi gas karbon.
Sampah yang menumpuk di TPA biasanya hanya mengandalkan reduksi alami. Yakni pembusukan bahan organik oleh bakteria organik. Sayangnya hasil pembusukan secara organik melepaskan gas metan yang mudah terbakar sehingga menyumbang karbon di udara. Karbon melesat ke udara dan menyebabkan panas bumi meningkat.
Reduksi sampah secara tradisional juga dengan membakar. Sampah-sampah, terutama yang plastik tak bisa cepat terurai menjadi tanah. Petugas dinas kebersihan biasanya mengambil jalan pintas dengan membakar. Aktivitas pembakaran ini juga menyebabkan gas karbon meningkat di udara yang pada akhirnya menimbulkan global warming.
Panas bumi yang meningkat akibat hal-hal seperti di atas dikenal dengan istilah dampak rumah kaca. Dan dari dampak peningkatan suhu di permukaan bumi maka es di kutub utara dan selatan akan mencair lebih pesat sehingga dataran-dataran rendah di permukaan bumi berisiko banjir besar. Kota Pontianak pun sudah kerap kali merasakannya akhir-akhir ini. Apalagi pada sektor yang lain hutan menipis, lahan pertanian terkonversi ke lahan-lahan beton, industri yang tak ramah lingkungan meningkat dan ozon bocor. Lengkaplah sudah.
Konsentrasi dalam memecahkan persoalan tersebut dilakukan negara-negara maju dengan kesepakatan Kyoto. Kerap disebut Protokol Kyoto. Inti dari Protokol Kyoto adalah bagaimana gas karbon bisa direduksi.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah upaya-upaya menekan pengeluaran gas karbon, termasuk dari kahan TPA. Bagi para pihak yang bisa menekan gas karbon dengan ukuran tertentu yang memenuhi standar CER (Certificate Emmision Reduction) maka akan dibayar. Oleh karena itu TPA Batulayang menerobos peluang tersebut dengan kerjasama Pemkot dan PT Gikoko Kogyo sehingga bisa mengelola sampah menjadi rupiah.
Wali Kota Pontianak, Buchary A. Rachman, menjelaskan, TPA Batulayang terletak pada jarak 15 km dari Kota Pontianak di lahan milik pemerintah seluas 26,6 Ha. Diperkirakan pada akhir tahun 2006 TPA Batulayang telah menampung 400.000 ton sampah.
TPA Batulayang mulai beroperasi tahun 1996 dengan luas sebesar 13 Ha. Buchary mengatakan pembebasan lahan dimulai pada tahun 1994 untuk luas lahan sebesar 5,4 Ha. Perluasan lahan berlanjut sampai sebesar 26,6 Ha luas lahan.
Saat ini hanya 11 Ha yang sudah dipergunakan dan sebagian dipergunakan sebagai zona penyangga atau buffer zone. Ia mengungkapkan TPA Batulayang menerapkan sistem Lahan Urug Terkendali atau Controlled Landfill Management System.
Dipaparkannya, sekitar TPA terdapat masyarakat yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masyarakat Kelurahan Batulayang dan Kelurahan Siantan Hilir.
Kelurahan Batulayang (RT 05/04) memiliki 556 penduduk di mana 20 persen penduduknya bekerja sebagai pemulung dan Kelurahan Siantan Hilir (RT 05/15) memiliki 52 penduduk di mana 80 persennya adalah pemulung. Aktivitas mereka sebagai pemulung adalah mengumpulkan sampah dan menjualnya ke bandar atau lapak.
Pembaharuan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) mencermati dampak lingkungan
dikarenakan oleh rencana perluasan TPA Batulayang, Pontianak. Perluasan lahan akan
memperbesar TPA menjadi dari 13 Ha yang efektif menjadi 26,6 Ha. “Perluasan TPA
diperlukan untuk menampung jumlah sampah Kota Pontianak yang terus meningkat,” kata Buchary belum lama ini.
Ketinggian tumpukan sampah akan dikontrol sehingga tidak melebihi 5 meter. Sistem
manajemen air lindi dengan kontrol yang baik merupakan bagian dari rencana ini.
Sampah akan diangkut dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menggunakan truk
tertutup (dump truck, arm roll, compactor truck) menuju TPA. Excavator akan
digunakan untuk memindahkan sampah, sedangkan buldozer akan memadatkan dan
membentuk sampah menjadi tumpukan.
Ketika tumpukan sampah mencapai ketinggian 2 meter maka harus ditutup tanah dan dipadatkan lagi. Ketinggian sampah akan berkurang sampai 40 persen, kemudian sampah baru akan ditimbun di atasnya. Proses ini dilakukan terus sampai ketinggian sampah mencapai 5 meter.
Berdasarkan informasi dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pontianak rencana
akhir total perluasan TPA kota Pontianak akan mencapai total 30. Akan tetapi Pemerintah Kota Pontianak belum ada rencana yang jelas kapan sisa lahan 2,9 ha akan dibebaskan. Karena ketersediaan dana dari APBD menjadi faktor penentu.
Di tahun 2007 ini telah dialokasikan dana untuk pembelian lahan seluas 0,5 ha. Pembebasan tanah yang akan dilakukan mengikuti Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 dan No. 65 Tahun 2006.
Masyarakat yang tinggal di sekitar TPA terdiri dari orang-orang Madura, Dayak dan Jawa, yang merupakan masyarakat pendatang. Mereka tinggal di dua RT dari dua Kelurahan, yaitu RT05/RW04 Kelurahan Batulayang dan RT05/RW15 Kelurahan Siantan Hilir.
Pekerjaan mereka adalah sebagai petani, pegawai negeri, buruh harian dan pemulung. Penghasilan mereka Rp 15,000 – Rp 26,000 (US$ 1.65 – US$ 2.86). Sebagai pemulung mereka mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 10,000 – Rp 20,000 (US$ 1.10 -

perkembangan HIV & AIDS DI KALBAR

PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI INDONESIA SAMPAI JUNI TAHUN 2010...mantaff Gan.
Pada periode triwulan kedua tahun 2010 terdapat penambahan kasus AIDS sebanyak 1.206 kasus. Sebanyak 36 kabupaten/kota dari 16 provinsi melaporkan hal tersebut yaitu NAD, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.

Dengan demikian, sampai tanggal 30 Juni 2010, secara kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sejak tahun 1978 berjumlah 21.770 dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1. Kasus terbanyak dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat. Rate kumulatif kasus AIDS nasional sampai 30 Juni 2010 adalah 9,44 kasus per 100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua (14,34 kali angka nasional), Bali (5,2 kali angka nasional), DKI Jakarta (4,4 kali angka nasional), Kep. Riau (2,4 kali angka nasional), Kalimantan Barat (1,8 kali angka nasional), Maluku (1,5 kali angka nasional), Bangka Belitung (1,2 kali angka nasional), Papua Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Riau (1,0 kali angka nasional).

Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (48,1%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), dan kelompok umur 40-49 (9,1%). Sementara cara penularan terbanyak adalah melalui hubungan heteroseksual (49,3%), Injection Drug Use/IDU (40,4%), Lelaki Seks Lelaki (3,3%), dan perinatal (2,7%).

Proporsi kasus AIDS yang dilaporkan meninggal sebesar 19,0%. Infeksi oportunistik yang terbanyak dilaporkan adalah TBC (10.648 kasus), diare kronis (6.392 kasus), Kandidiasis oro-faringenal (6.412 kasus), Dermatitis generalisata (1.623 kasus), dan Limfadenopati generalisata persisten (770 kasus).

Sementara untuk kasus HIV positif, sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif berjumlah 44.292 kasus dengan positive rate rata-rata 10,3%. Jumlah kasus baru pada triwulan kedua 2010 sebanyak 3.916 kasus. Daerah yang paling banyak terjadi kasus HIV positif adalah DKI Jakarta (9.804 kasus), Jawa Timur (5.973 kasus), Jawa Barat (3.798 kasus), Sumatera Utara (3.391 kasus), Papua (2.947 kasus), dan Bali (2.505 kasus).

Sampai saat ini HIV/AIDS belum ada vaksin maupun obatnya. Obat yang ada adalah (ARV=Anti Retroviral Virus) yang berfungsi hanya untuk menekan perkembangan virus. Perawatan HIV di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2005 dengan jumlah yang masih dalam pengobatan ARV pada tahun 2005 sebanyak 2.381 (61% dari yang pernah menerima ARV).
Kemudian sampai 30 Juni 2010 terdapat 16.982 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang masih menerima ARV (60,3% dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi berasal dari DKI Jakarta (7.242), Jawa Barat (2.001), Jawa Timur (1.517), Bali (984), Papua (685), Jawa Tengah (575), Sumatera Utara (570), Kalimantan Barat (463), Kepulauan Riau (426), dan Sulawesi Selatan (343). Kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi 18% pada tahun 2009.

Demikian laporan situasi perkembangan HIV/AIDS di Indonesia triwulan kedua tahun 2010 berdasarkan data dari Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Kemenkes.